ada-ohio.org – Kalau kamu suka bahas-bahas soal bencana alam, pasti udah pernah dengar tentang letusan St Helens. Gunung ini terletak di negara bagian Washington, Amerika Serikat. Dulunya, St Helens adalah salah satu gunung berapi yang cantik banget. Puncaknya bersalju, dikelilingi hutan lebat, dan sering jadi tempat hiking favorit.
Tapi semua berubah di tahun 1980. Nama Gunung St Helens mendadak jadi bahan pembicaraan dunia gara-gara letusannya yang luar biasa besar. Banyak orang kaget karena gunung yang terlihat tenang ini ternyata menyimpan potensi bahaya yang luar biasa.
Baca Juga : Carmen vs Jiwoo: Siapa Center Sesungguhnya di H2H?
Awal Mula Aktivitas Gunung St Helens
Sebelum letusan St Helens yang terkenal itu terjadi, sebenarnya sudah ada tanda-tanda. Sekitar dua bulan sebelum puncak letusan, yaitu pada Maret 1980, gunung ini mulai memperlihatkan aktivitas yang nggak biasa. Gempa kecil mulai terasa, dan perlahan makin sering.
Puncaknya, muncul tonjolan besar di sisi utara gunung. Ini bukan tonjolan biasa. Para ahli vulkanologi bilang ini semacam “gelembung” magma yang terus mendorong keluar. Setiap hari tonjolan itu makin gede dan makin mengkhawatirkan. Tapi meski begitu, masih banyak orang yang belum menyadari seberapa besar ancamannya.
Baca Juga : Vanesha Prescilla: Fakta dan Pacar
Hari Ketika St Helens Meledak
Tanggal 18 Mei 1980 jadi hari yang nggak akan pernah dilupakan dalam sejarah letusan St Helens. Pagi-pagi, sekitar jam 08.32 waktu setempat, gunung ini benar-benar meledak. Tapi yang bikin letusan ini beda dari yang lain adalah arah ledakannya.
Biasanya, kalau gunung meletus, lava dan abu akan keluar dari puncak. Tapi di letusan St Helens, ledakan terjadi secara lateral atau menyamping, tepat ke arah utara. Itu sebabnya kerusakannya begitu besar dan luas, karena daerah di depan sisi utara nggak dipersiapkan untuk menghadapi tekanan sebesar itu.
Baca Juga : NewJeans hingga aespa: Siapa Paling Populer?
Skala Kerusakan yang Mengejutkan
Dampak dari letusan St Helens bukan main-main. Sekitar 600 kilometer persegi hutan rata dengan tanah. Pohon-pohon tumbang seperti habis ditebas raksasa. Beberapa danau bahkan sempat mengering, dan sungai-sungai tersumbat oleh lumpur dan puing.
Letusan ini juga mengeluarkan abu vulkanik dalam jumlah besar. Awan abunya naik sampai 24 kilometer ke udara. Abunya nyebar jauh sampai ke beberapa negara bagian lain. Bahkan katanya sampai ke bagian timur Amerika, ratusan kilometer dari lokasi letusan.
Baca Juga : Siapa Vonny Felicia? Ini Faktanya
Korban dan Kehilangan
Sayangnya, letusan St Helens juga membawa korban jiwa. Sekitar 57 orang meninggal dunia, termasuk para ilmuwan, fotografer, dan warga sekitar. Salah satu korban yang paling dikenang adalah Harry R. Truman, seorang kakek pemilik pondok di Spirit Lake yang menolak dievakuasi. Ia memilih tinggal bersama rumah dan hewan peliharaannya sampai akhir.
Selain korban jiwa, kerugian material juga sangat besar. Banyak rumah hancur, jalan-jalan tertutup, dan aktivitas ekonomi di sekitar gunung lumpuh total. Untuk sektor pertanian dan perikanan, efeknya terasa berbulan-bulan.
Bagaimana Letusan Ini Bisa Terjadi?
Buat yang penasaran, letusan St Helens terjadi karena akumulasi tekanan magma yang besar di bawah gunung. Karena tidak ada jalan keluar yang cukup untuk tekanan tersebut, akhirnya gunung meledak dari sisi yang paling lemah. Dalam hal ini, sisi utara gunung yang sudah menonjol jadi titik ledak.
Ledakan lateral seperti ini cukup langka, dan waktu itu para ilmuwan belum punya banyak referensi. Jadi selain menjadi bencana, letusan ini juga membuka mata dunia ilmiah soal kemungkinan letusan gunung yang tak terduga arah dan bentuknya.
Gunung St Helens Setelah Meletus
Setelah letusan besar itu, bentuk Gunung St Helens berubah drastis. Dulu puncaknya berbentuk kerucut sempurna. Tapi setelah meledak, sebagian besar puncak itu hilang. Di tengah kawahnya sekarang ada kubah lava baru yang terus tumbuh perlahan.
Gunung ini pun nggak langsung tidur. Beberapa kali setelah 1980, St Helens kembali menunjukkan aktivitasnya. Memang tidak sebesar letusan pertama, tapi tetap cukup untuk jadi perhatian. Para ilmuwan sekarang memantau gunung ini 24 jam lewat berbagai sensor canggih.
Pembelajaran dari Letusan St Helens
Salah satu pelajaran besar dari letusan St Helens adalah pentingnya mendengarkan peringatan ahli. Waktu itu, sebagian masyarakat tidak percaya bahwa letusan akan sebesar itu. Padahal para vulkanolog sudah memperingatkan tentang tonjolan di sisi utara gunung.
Sejak kejadian itu, sistem pemantauan gunung berapi di Amerika jadi lebih serius. Banyak gunung aktif dipasangi alat deteksi dini. Hal ini dilakukan supaya kalau ada gejala mencurigakan, evakuasi bisa dilakukan lebih cepat.
Letusan Ini Jadi Laboratorium Alam
Yang menarik, daerah sekitar gunung setelah letusan justru jadi tempat penelitian yang sangat berharga. Ilmuwan dari berbagai dunia datang ke sana buat mempelajari bagaimana alam memulihkan diri. Tanaman baru, hewan-hewan kecil, dan proses ekosistem yang bangkit kembali jadi objek penelitian.
Bahkan sampai sekarang, kawasan sekitar Gunung St Helens masih dijaga untuk dijadikan laboratorium terbuka. Banyak pelajar dan mahasiswa datang buat belajar langsung soal ekosistem pasca-bencana.
Pariwisata yang Tumbuh dari Bencana
Meskipun sempat hancur, daerah sekitar Gunung St Helens sekarang malah jadi tujuan wisata. Ada pusat pengunjung dengan berbagai informasi lengkap tentang letusan. Dari tempat ini, orang bisa lihat langsung kawah gunung dan sisa-sisa letusan yang masih kelihatan jelas.
Pendaki juga masih bisa naik ke atas gunung, meskipun jalurnya tidak semudah dulu. Tapi pengalaman melihat langsung bekas kawah dan kubah lava bikin banyak orang tertarik. Tempat ini juga sering jadi lokasi dokumenter dan film edukasi.
Cerita Mereka yang Selamat
Ada banyak cerita menarik dari orang-orang yang selamat dari letusan St Helens. Ada yang sedang memancing lalu mendengar suara gemuruh dari arah gunung. Ada yang sempat lari dari awan panas tepat waktu. Ada juga pilot helikopter yang berhasil menyelamatkan beberapa orang dari area bahaya.
Cerita-cerita ini menyentuh dan jadi pengingat bahwa bencana alam datang tanpa ampun. Tapi dari setiap kejadian, selalu ada sisi manusiawi yang bikin kita belajar dan bersyukur.
Peran Media Saat Itu
Saat letusan St Helens terjadi, media punya peran besar dalam menyebarkan kabar. Berita tentang letusan ini menyebar ke seluruh dunia. Foto-foto dan video dari lokasi kejadian bikin orang tersadar bahwa bencana alam bisa terjadi di mana saja, bukan cuma di negara berkembang atau kawasan cincin api.
Sejak itu juga, banyak media mulai tertarik membahas isu-isu geologi dan perubahan alam. Edukasi publik soal gunung berapi pun meningkat berkat liputan mendalam dari kejadian ini.
Letusan Ini di Mata Dunia Ilmiah
Buat kalangan ilmuwan, letusan St Helens adalah momen penting. Ini seperti panggilan untuk memperbarui teori dan sistem pengawasan. Banyak penelitian baru lahir dari peristiwa ini. Bahkan metode prediksi letusan gunung sekarang banyak yang dasarnya dari data St Helens.
Bisa dibilang, meskipun menyakitkan, letusan ini justru memperkaya ilmu pengetahuan tentang gunung berapi. Ilmuwan jadi lebih waspada terhadap tanda-tanda kecil dan tahu bahwa tidak semua letusan bersifat vertikal.
St Helens Sebagai Pengingat
Hingga hari ini, letusan St Helens tetap jadi peringatan nyata bahwa alam bisa berubah drastis kapan saja. Meski teknologi semakin canggih, kita tetap harus rendah hati dan waspada terhadap gejala-gejala alam.
Gunung yang terlihat tenang bisa saja menyimpan kekuatan besar. Itu sebabnya, penting bagi kita untuk mendukung riset, edukasi, dan kesiapsiagaan bencana di mana pun kita tinggal