ada-ohio.org – Halo, kamu pernah dengar nama Gunung Pelée? Gunung ini mungkin nggak sepopuler Krakatau atau Tambora di Indonesia. Tapi jangan salah, letusan Gunung Pelée pernah jadi salah satu bencana vulkanik paling mematikan di abad ke-20. Kejadiannya dramatis, mengerikan, dan sampai sekarang masih dikenang para ahli geologi.
Gunung Pelée terletak di pulau Martinique, wilayah kecil di Laut Karibia yang termasuk jajaran negara bagian luar Prancis. Tampak indah dan tenang dari kejauhan, siapa sangka gunung ini menyimpan kekuatan dahsyat yang bisa meluluhlantakkan kota hanya dalam hitungan menit.
Baca Juga : Fakta Menarik Tentang Aisar Khaled
Sekilas Tentang Gunung Pelée dan Letaknya
Gunung ini berada di ujung utara pulau Martinique. Kalau kamu lihat peta, lokasinya kecil banget. Tapi jangan remehkan ukurannya. Gunung Pelée punya ketinggian sekitar 1.397 meter dan termasuk gunung berapi tipe stratovolcano yang bisa meletus secara eksplosif.
Letusan Gunung Pelée terjadi pada 8 Mei 1902. Waktu itu, kota Saint-Pierre yang ada di kaki gunung sedang ramai-ramainya. Kota itu dikenal sebagai Paris-nya Karibia. Pusat bisnis, budaya, dan pemerintahan ada di sana. Populasinya lebih dari 28.000 jiwa. Sayangnya, dalam sekejap semuanya berubah jadi abu.
Baca Juga : Profil Lengkap Member BLACKPINK
Tanda-tanda Aneh Sebelum Letusan
Sebelum letusan Gunung Pelée benar-benar terjadi, sebenarnya sudah ada banyak tanda alam yang menunjukkan sesuatu nggak beres. Warga mulai merasa gempa kecil setiap hari. Sungai-sungai dipenuhi lumpur panas dan bau belerang menyengat mulai muncul di udara.
Ada juga suara gemuruh dari dalam perut bumi yang bikin orang resah. Tapi sayangnya, banyak pejabat saat itu yang meremehkan situasi. Mereka bilang ini hal biasa. Bahkan, saat warga mulai panik dan ingin mengungsi, pemerintah meminta mereka tetap tinggal. Alasannya? Pemilu sedang berlangsung.
Sungguh keputusan yang tragis. Karena hanya beberapa hari setelahnya, letusan besar Gunung Pelée menghancurkan seluruh kota dalam waktu kurang dari lima menit.
Baca Juga : Jennifer Coppen Dulu vs Sekarang
Letusan yang Menghantam Secepat Kilat
Apa yang terjadi pada pagi hari tanggal 8 Mei 1902 benar-benar di luar nalar. Letusan Gunung Pelée waktu itu bukan hanya muntahan lava seperti yang sering dibayangkan. Gunung ini mengeluarkan awan panas yang disebut “nueé ardente” atau awan pijar. Campuran gas super panas, abu, dan batu meluncur dengan kecepatan tinggi menuruni lereng gunung.
Awan panas itu menyapu Saint-Pierre dalam hitungan detik. Suhu bisa mencapai lebih dari 1000 derajat Celsius. Bangunan-bangunan runtuh. Manusia dan hewan terbakar hidup-hidup. Tidak banyak yang bisa dilakukan. Tidak ada waktu untuk lari. Kota itu benar-benar musnah.
Hanya ada satu orang yang selamat dari letusan Gunung Pelée saat itu. Namanya Ludger Sylbaris, seorang tahanan yang sedang dikurung di sel bawah tanah. Bangunannya kecil, tebal, dan tertutup. Dia selamat meski menderita luka bakar parah. Cerita hidupnya kemudian menjadi legenda.
Baca Juga : Lagu Blackpink Paling Viral
Dampak Langsung dan Kekacauan Setelahnya
Setelah gunung meletus, suasana di Martinique seperti dunia kiamat. Tidak hanya Saint-Pierre yang rusak total, tapi area sekitarnya juga terdampak. Abu menutupi langit selama beberapa hari. Aroma belerang membuat udara sulit dihirup. Sumber air tercemar. Tidak ada listrik, tidak ada komunikasi, tidak ada makanan.
Bantuan dari luar baru datang setelah beberapa hari. Kapal-kapal dari Prancis dan negara-negara tetangga berdatangan membawa pasokan. Tapi kondisi di sana sangat buruk. Bahkan kapal yang mendekat sempat terbakar karena sisa letusan masih aktif dan berbahaya.
Jumlah korban jiwa diperkirakan lebih dari 28.000 orang. Sebagian besar meninggal di tempat. Banyak dari mereka tidak bisa dikenali lagi. Ini menjadikan letusan Gunung Pelée sebagai salah satu bencana vulkanik paling mematikan dalam sejarah modern.
Pelajaran dari Sebuah Tragedi
Tragedi ini jadi pelajaran penting, terutama soal bagaimana memahami gejala alam. Banyak ilmuwan mulai meneliti lebih dalam tentang gunung berapi dan cara kerjanya. Letusan Gunung Pelée juga memperkenalkan konsep awan panas kepada dunia. Sebelum itu, belum banyak yang tahu betapa berbahayanya fenomena ini.
Setelah kejadian tersebut, sistem pemantauan gunung berapi mulai dikembangkan di berbagai negara. Saint-Pierre sendiri sempat ditinggalkan selama bertahun-tahun. Kota itu dibangun ulang, tapi tidak pernah kembali seperti dulu. Populasi sekarang jauh lebih sedikit, dan banyak bangunan lama dibiarkan sebagai monumen kenangan.
Letusan Lanjutan yang Masih Mengancam
Setelah letusan besar tahun 1902, Gunung Pelée sempat beberapa kali menunjukkan aktivitasnya. Pada 1929 sampai 1932, terjadi erupsi kecil yang membuat warga kembali khawatir. Tapi kali ini, mereka lebih siap. Evakuasi dilakukan lebih cepat. Kerusakan pun bisa diminimalisir.
Sejak saat itu, gunung ini tidur cukup lama. Tapi pada tahun 2020, otoritas vulkanologi Prancis melaporkan adanya peningkatan aktivitas seismik di sekitar Gunung Pelée. Gempa mikro mulai muncul. Ini jadi pengingat bahwa gunung ini belum sepenuhnya tenang.
Para ilmuwan terus memantau dengan alat-alat canggih. Sekarang, teknologi sudah jauh lebih baik dibanding era 1900-an. Tapi tetap saja, kalau letusan Gunung Pelée terjadi lagi, ancamannya masih sangat besar.
Mengapa Letusan Gunung Pelée Begitu Mematikan?
Kalau kamu penasaran kenapa letusan ini begitu dahsyat, jawabannya ada pada tipe erupsinya. Gunung Pelée menghasilkan erupsi eksplosif dengan viskositas magma yang tinggi. Artinya, lava yang keluar itu kental dan penuh tekanan. Begitu meletus, tekanannya meledak seperti botol soda yang dikocok dan dibuka tiba-tiba.
Awan panas dari letusan Gunung Pelée bisa meluncur cepat menuruni lereng tanpa ampun. Tidak seperti lava yang mengalir lambat dan bisa dihindari, awan panas ini melesat dengan kecepatan ratusan kilometer per jam. Inilah yang membuatnya begitu mematikan.
Selain itu, faktor lokasi juga berperan. Saint-Pierre berada sangat dekat dengan kawah gunung. Ini membuat kota tersebut berada dalam jalur langsung letusan. Tak heran kalau kerusakannya total.
Gunung Pelée dan Dunia Sains
Tragedi ini membuka mata banyak ilmuwan. Berbagai penelitian dilakukan untuk memahami lebih dalam karakter gunung berapi. Letusan Gunung Pelée jadi salah satu contoh kasus utama dalam studi geologi. Buku-buku dan jurnal ilmiah menjadikan peristiwa ini sebagai referensi penting.
Ilmu vulkanologi modern pun banyak berkembang setelah peristiwa ini. Sekarang kita punya sistem peringatan dini, deteksi gempa mikro, pemetaan zona bahaya, dan pelatihan evakuasi. Semua ini berakar dari kejadian-kejadian tragis seperti yang terjadi di Martinique.
Wisata Gunung dan Kenangan Sejarah
Menariknya, saat ini Gunung Pelée menjadi destinasi wisata sejarah. Banyak orang datang untuk melihat sisa-sisa kota Saint-Pierre. Ada museum kecil yang memajang barang-barang yang selamat dari letusan Gunung Pelée. Bahkan sel penjara tempat Ludger Sylbaris selamat masih dipertahankan.
Turis juga bisa mendaki Gunung Pelée, tentu dengan pengawasan dan jalur yang aman. Dari puncak, kamu bisa lihat panorama Laut Karibia yang luar biasa indah. Tapi tetap, ada rasa hormat dan waspada karena kamu sedang berdiri di atas salah satu gunung berapi paling bersejarah